Masih melanjutkan perkataan Imam Al-Muzani tentang masalah takdir. Kali ini akan dijelaskan bagaimanakah tentang ilmu Allah yang lebih dahulu ada sebelum makhluk itu ada.
Imam Al-Muzani rahimahullah berkata,
أَحَاطَ عِلْمُهُ بِاْلأُمُوْرِ وَأَنْفَذَ فِي خَلْقِهِ سَابِقَ الْمَقْدُوْرِ وَهُوَ الْجَوَّادُ الْغَفُوْرُ )يَعْلَمُ خَائِنَةَ اْلأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُوْرُ(فَالْخَلْقُ عَامِلُوْنَ بِسَابِقِ عِلْمِهِوَنَافِذُوْنَ لمِاَ خَلَقَهُمْ لَهُ مِنْ خَيْرٍوَشَرٍّ لاَ يَمْلِكُوْنَ لِأَنْفُسِهِمْ مِنَ الطَّاعَةِ نَفْعًا وَلاَ يَجِدُوْنَ إِلَى صَرْفِ المَعْصِيَةِ عَنْهَا دَفْعًا خَلَقَ الخَلْقَ بِمَشِيْئَتِهِ عَنْ غَيْرِ حَاجَةٍ كَانَتْ بِهِ
- Ilmu Allah meliputi segala sesuatu. Allah mewujudkan dalam penciptaan-Nya (sesuai) yang telah ditakdirkan sebelumnya. Dan Dia Yang Maha Dermawan lagi Maha Pengampun. Dalam ayat disebutkan,“Dia Mengetahui pandangan-pandangan mata yang berkhianat dan segala yang disembunyikan (dalam) dada. (QS. Al-Mu’min/ Ghafir: 19)
Setiap makhluk adalah pelaku perbuatan (yang terjadi) sesuai dengan ilmu Allah (yang terlebih dahulu ada). Setiap makhluk menjalankan sesuatu yang Allah ciptakan (tetapkan) untuk mereka berupa kebaikan atau keburukan. Makhluk tidak mempunyai kekuasaan untuk mendapat manfaat dalam berbuat ketaatan, juga tidak mampu untuk menolak hal-hal yang bisa memalingkannya dari maksiat.
Allah menciptakan makhluk dengan kehendak-Nya, bukan karena Allah butuh pada makhluk.
Ilmu Allah Meliputi Segala Sesuatu
Imam Al-Muzani berkata,
أَحَاطَ عِلْمُهُ بِاْلأُمُوْرِ
“Ilmu Allah meliputi segala sesuatu.”
Ini menunjukkan isyarat tentang tingkatan ilmu, di mana ilmu Allah meliputi segala sesuatu, tidak ada sesuatu pun sebesar biji yang ada di langit dan di bumi yang samar bagi Allah. Ilmu Allah mencakup sesuatu yang berwujud, sesuatu yang tidak ada, sesuatu yang mungkin ada, dan sesuatu yang mustahil ada. Ilmu Allah juga mencakup sesuatu yang telah terjadi, yang akan terjadi, yang tidak akan terjadi dan bagaimana seandainya itu terjadi. Allah sudah mengetahui segala yang diperbuat oleh hamba sebelum ia diciptakan. Allah juga mengetahui bagaimanakah rezeki, ajal, keadaan, amalan, bergeraknya, diamnya, hingga sengsara dan bahagia.
Allah Ta’ala berfirman,
عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ
“Allah Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata,”(QS. Al-Hasyr: 22)
Dalam ayat lain disebutkan,
لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا
“Agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.” (QS. Ath-Thalaq: 12)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika ditanya tentang nasib anak-anak orang musyrik, beliau menjawab,
اللهُ أَعْلَمُ بِمَا كَانُوْا عَامِلِيْنَ
“Allah Maha Mengetahui tentang apa yang mereka perbuat.” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari, no. 1384 dan Muslim, no. 2658)
Apa yang Allah Takdirkan Pasti Terjadi
Al-Muzani berkata,
وَأَنْفَذَ فِي خَلْقِهِ سَابِقَ الْمَقْدُوْرِ
“Allah mewujudkan dalam penciptaan-Nya (sesuai) yang telah ditakdirkan sebelumnya.”
Maksud kalimat ini adalah segala sesuatu yang Allah takdirkan baik kebaikan maupun keburukan pastilah terjadi, tidak ada yang bisa menolak takdir Allah. Inilah yang dimaksudkan dalam bahasan sebelumnya tentang takdir itu sudah dicatat (tingkatan mengimani takdir mengenai al-kitabah). Maknanya, Allah Ta’ala telah menetapkan takdir makhluk 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi. Allah Ta’ala berfirman,
وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ تَقْدِيرًا
“Dan Allah menciptakan (menetapkan) ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.” (QS. Al-Furqan: 2)
Dalam ayat lain disebutkan,
إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.”(QS. Al-Qamar: 49)
Tentang surah Al-Qamar ayat ke-49, Ibnu Katsir rahimahullah berkata bahwa ulama Ahlus Sunnah menetapkan takdir Allah itu lebih dulu ada sebelum makhluk itu ada. Ilmu itu ada sebelum penciptaan dan pencatatan takdir. Ulama Ahlus Sunnah membawakan dalil ini dan dalil yang menyerupai ayat dan hadits yang dibawakan oleh kelompok Qadariyah (penolak takdir), di mana mereka baru muncul di akhir-akhir masa sahabat. Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 7:93.
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan kepadanya,
وَاعْلَمْ أَنَّ الأُمَّةَ لَوِ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَىْءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلاَّ بِشَىْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ لَكَ وَلَوِ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَىْءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلاَّ بِشَىْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَيْكَ رُفِعَتِ الأَقْلاَمُ وَجَفَّتِ الصُّحُفُ
“Ketahuilah sesungguhnya seandainya ada umat bersatu untuk memberikan satu manfaat kepadamu, mereka tidak bisa memberikan manfaat kecuali jika Allah telah menetapkannya untukmu. Seandainya ada umat bersatu untuk memberikan mudarat kepadamu, mereka tidak bisa memberikan mudarat kepadamu kecuali jika Allah telah menetapkannya untukmu. Pena sudah diangkat dan lembaran catatan sudah kering.” (HR. Tirmidzi, no. 2516 dan Ahmad, 1:293. Imam Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).
Mata yang Khianat, Allah pun Tahu
Allah Ta’ala berfirman,
يَعْلَمُ خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ
“Allah mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati.” (QS. Ghafir/ Al-Mu’min: 19)
Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan, Allah mengabarkan tentang ilmu-Nya yang sempurna yang meliputi segala sesuatu. Allah mengetahui sesuatu yang berharga maupun suatu yang rendahan (hina). Allah juga mengetahui yang kecil maupun yang besar, Dia juga mengetahui yang detail dan rinci. Itu semua supaya manusia waspada akan ilmu Allah yang selalu memantau mereka. Sehingga dengan mengetahui seperti ini, manusia memiliki rasa malu untuk berbuat maksiat dan benar-benar bertakwa kepada Allah. Maka mereka akhirnya mendekatkan diri kepada Allah dan mengetahui bahwa Allah memperhatikan mereka. Allah tahu manakah mata yang berkhianat. Allah tahu manakah yang amanah dan manakah yang khianat terhadap rahasia-rahasia. Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 6:489.
Insya Allah masalah takdir dari Syarhus Sunnah karya Imam Al-Muzani rahimahullah masih berlanjut. Semoga Allah memudahkan kita untuk terus menambah ilmu dan memperbaiki akidah kita.
Referensi:
- Syarh As-Sunnah. Cetakan kedua, Tahun 1432 H. Imam Al-Muzani. Ta’liq: Dr. Jamal ‘Azzun. Penerbit Maktabah Dar Al-Minhaj.
- Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim. Cetakan pertama, Tahun 1431 H. Ibnu Katsir. Tahqiq: Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin. Penerbit Dar Ibnul Jauzi.
- Tamam Al–Minnah ‘ala Syarh As-Sunnah li Al-Imam Al-Muzani.Khalid bin Mahmud bin ‘Abdul ‘Aziz Al-Juhani. www.alukah.net.
—
Disusun di Pesantren Darush Sholihin, 26 Rabi’ul Awwal 1440 H (4 Desember 2018)
Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Rumaysho.Com